Selasa, 14 Oktober 2014

No Marah, No Bohong. Lebih Baik Kasih Pengertian ke Anak

Ini pengalaman saya pribadi menghadapi anak pertama saya yang usianya 3 tahun.

Suatu malam, saya dan suami hendak berangkat mengaji. Karena lokasinya cukup jauh dari rumah, sangat tidak memungkinkan mengajak anak untuk pergi dengan sepeda motor. Udara malam terkadang kejam untuk anak-anak. Apalagi besok pagi Audi (demikian nama anak saya) harus bangun untuk pergi ke sekolah bersama saya.


Audi bilang dia ingin ikut ngaji. Lalu saya katakan dengan sabar, "Besok Audi harus sekolah. Jadi, malam ini tidak pergi ikut ibu ya. Audi di rumah." Mendengar itu, Audi langsung menangis. Saya tidak tega sebenarnya. Tapi, saya memang tidak bisa mengajak dia. Karena pernah saya ajak mengaji dan besoknya masih harus berangkat sekolah, dia malah kecapean, dan akhirnya demam. Saya tidak mau hal itu terulang lagi.
Audi masih menangis, meski saya beri dia pengertian. Saya kemudian diamkan, sambil saya bersiap-siap berangkat ngaji. Audi menanyakan lagi, "Audi ikut ngaji?" Saya katakan, "Tidak. Audi di rumah aja ya. Besok Audi sekolah. Audi mau sekolah, kan?" Dia pun menggeleng, tidak mau sekolah, sambil mengeraskan tangisannya. Saya diamkan lagi.

Hingga akhirnya Audi menghentikan tangisan dengan sendirinya. Dia pun lagi-lagi bertanya, kali ini tanpa ada subjek dalam kalimatnya (maklum, usia 3 tahun Audi masih belum menyusun kalimat dengan baik, heheh).

Audi: "Ikut ngaji?"  
Saya: "Siapa yang ikut ngaji?"
Audi: "Ikut ngaji?" (rupaya dia belum mengerti pertanyaan saya)
Saya: "Siapa yang ikut ngaji?"
Audi: "Ibu."
Saya: "Iya, Ibu ngaji."
Audi: "Ayah ikut ngaji?"
Saya: "Iya, ayah ikut ngaji juga. Audi?"
Audi: "Di rumah." (Ooohh, akhirnya dia mengerti juga)

Langsung saya peluk dan katakan kalau Audi anak yang pintar, saya bangga dengan Audi. Saya katakan sambil tersenyum senang.

Inilah ilmu parenting yang saya coba praktikkan lagi di rumah. Sebisa mungkin saya tidak berbohong (mengatakan Audi boleh ikut ngaji, tapi kemudian diam-diam kita tinggalkan) dan tidak marah. Hasilnya, ternyata berhasil. Saya bangga dengan Audi. Memang sebagai orangtua, kita harus bersabar memberi pengertian kepada anak. Anak juga tentu akan berpikir saat kita ajak mereka berdialog, berkomunikasi. 

Adakah emak-emak yang punya masalah yang sama? Mungkin cara saya ini bisa ditiru. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar