Terapi Patch Selama Dua Bulan

Setelah merasa ada yang tidak beres dengan bola mata anak saya, saya kemudian bawa ke dokter mata khusus anak di Jakarta Eye Center Kedoya. Cerita awalnya saya bagi di sini.

Dokter yang menangani anak saya adalah dr. Florance Manurung, yang setelah saya googling, ternyata beliau memang konsern di persoalan strabismus. Dokter bilang, lebih awal ditangani, maka pengobatan atau terapi yang dilakukan mungkin dapat mengurangi atau bahkan mengobati persoalan strabismus ini. Mendengar penjelasan itu, ada rasa lega sekaligus khawatir. Bisakah mata anak saya benar-benar kembali normal?

Dokter bilang, dia tidak mau asal operasi. Katanya lihat dulu dengan terapi tutup mata dengan patch selama 1 bulan. Terapi ini maksudnya: setiap hari, mata anak saya harus ditutup dengan patch (penutup mata bergambar. teksturnya seperti plester luka, tapi bentuknya bulat dan di tengah-tengahnya ada bantalan untuk melindungi bagian mata). Mata yang ditutup bergantian setiap harinya selama beberapa menit. Duh, gimana sih ini jelasinnya ya?

Patch bergambar lucu. Tapi mahal, bo. 1 patch = Rp 10.000

Jadi, hari pertama mata yang ditutup sebelah kanan, hari kedua mata yang ditutup sebelah kiri. Demikian seterusnya selama sebulan. Kata dokter, terapi ini pasti membuat nggak nyaman si anak, jadi durasi ditutup matanya itu dilakukan secara bertahap. Minggu pertama ditutup selama 30 menit. Minggu kedua ditutup selama 45 menit. Minggu ketiga dan keempat ditutup selama 60 menit. Setelah satu bulan terapi patch, saya diminta kontrol lagi untuk lihat perkembangannya.

Oh ya, dokter bilang terapi ini dilakukan agar merangsang mata yang tidak ditutup untuk fokus/lurus melihat sebuah objek. Ini juga untuk menghindari mata yang bermasalah menjadi malas untuk melihat dengan baik, sehingga lambat laun mata itu akan semakin juling. 

Penampakannya seperti ini.

Khalif saat matanya diterapi menggunakan patch.

Satu bulan berlalu, saya kembali membawa anak saya untuk kontrol. Selama sebulan menggunakan patch, saya masih melihat ada juling di mata anak saya. Tapi, tidak sesering sebelum terapi patch ini. Semoga ini perkembangan bagus. Saat kembali kontrol, dokter minta pendapat saya tentang apa yang saya lihat selama terapi ini.

Terapi patch dilakukan saat beraktivitas, seperti bermain, nonton TV, dll, 

agar dapat merangsang mata yang tidak ditutup agar lurus dan tidak malas melihat objek.

Saya katakan, memang sudah tidak sesering dulu. Tapi terkadang masih suka saya lihat bola mata anak saya tidak lurus. Lalu, dokter bilang, "Anak usia segini kan memang belum fokus lihat objek."

Dokter kemudian memeriksa mata anak saya, dan bilang, "Nih, sudah nggak juling lagi." Dalam hati saya teriak, Alhamdulillah! Semoga anak saya baik-baik saja.

Lalu dokter bilang: "Tapi jangan langsung diberhentikan patch-nya. Sebulan ke depan tetap pakai patchnya ya. Lalu kembali lagi untuk kontrol setelah usianya 2 tahun."

Khalif-pun akhirnya masih pakai patch selama satu bulan berikutnya. Lepas dari patch, saya masih terkadang melihat mata anak saya juling. Tapi sudah sangat jaraaanggg sekali. Semakin besar, kini di usianya 1 tahun 4 bulan, saya sudah tidak pernah lagi melihat ada yang aneh di bola mata anak saya. Saya sudah tidak pernah melihat mata Khalif juling. Kedua bola matanya baik-baik saja. Alhamdulillah. 

Semoga saat usianya 2 tahun dan kembali kontrol ke dr. Florance, kondisi mata Khalif sudah tidak bermasalah. Amin. Doakan ya, mak. 

Terima kasih sudah mau membaca kisah saya. Semoga berguna bagi yang punya masalah yang sama dengan saya. Saat awal-awal Khalif terapi, saya banyak baca kisah dari blog yang ditulis oleh ibu/ayah yang punya masalah yang sama. Mereka banyak kasih info soal strabismus ini. Semoga Alloh memberikan kesehatan kepada anak-anak kita. Amin.