Jumat, 10 Oktober 2014

Sulitnya Menghilangkan Kebiasaan "Ngenyot" Jari pada Anak

Khalif (1y3m), anak saya yang kedua, sejak bayi punya kebiasaan ngenyot jari. Yup, jari telunjuk, bukan jempol seperti kebanyakan anak. Dan kebiasaan ini dibawa hingga sekarang umurnya sudah menginjak 1y3m.


Saya baca banyak artikel soal kebiasaan ini. Beberapa artikel menyebut bahwa kebiasaan ini akan hilang dengan sendirinya saat si anak menginjak usia 3-5 tahun. Tapi, saya khawatir kebiasaan ini tidak bisa hilang saat anak saya berusia 3-5 tahun ini. Bahkan seorang teman kantor bilang, sulit melepas kebiasaan itu, dibandingkan ngempeng. Karena jari itu kan nempel langsung sama tubuh si bayi, sementara empeng bisa dengan mudah dilepas dan disembunyikan, kemudian si bayi tinggal diberi pengertian.



Akhirnya, karena khawatir kebiasaan buruk ini terbawa hingga usia balita, malam tadi pun saya putuskan untuk stop kebiasaan ngenyot anak saya ini. Apalagi, kebiasaan ngenyot ini juga berpengaruh buruk pada kesehatannya. Sering Khalif terserang demam dan batuk pilek.

Saya pikir dengan usianya yang sudah lebih dari 1 tahun, sangat mungkin untuk diberi pengertian. Toh, terkadang dia sudah mengerti ketika saya berbicara pada dia, dan biasanya dia merespons, meski bukan berupa kata-kata utuh, tetapi hanya "aaaa...", "uuuu....", "hhmmmm....".

Jadi, malam tadi, saat anak saya itu ngenyot jarinya, pelan-pelan saya lepaskan jari dari mulutnya dan beri dia pengertian dengan berbicara pelan. Saya katakan,"tangan itu untuk makan, untuk minum, untuk menggambar, jadi tidak dimasukkan ke mulut ya."

Tapi, namanya juga anak usia setahun, dia belum sepenuhnya mengerti dengan arti kata-kata kita. Tapi, tetap saya katakan hal itu padanya. Suatu saat dia pasti mengerti. Beberapa saat dia melepas, dan sesaat kemudian dia kembali ngenyot. Kembali saya lepaskan jari dari mulutnya dan mengatakan hal yang sama. Sampai akhirnya, Khalif tidak terima dan mulai nangis keras.

Sebagai informasi, kegiatan ngenyot ini biasa dia lakukan saat sedang bengong, nonton TV, mau tidur, bahkan saat tengah bermain. Jadi, kuman rentan sekali masuk lewat mulut. >_<

Khalif berontak. Saya coba tenangkan dengan menyebut kalau Khalif anak pintar, Khalif anak penurut, dll, dengan harapan dia bisa kembali tenang. Tetapi tidak. Akhirnya dengan terpaksa, saya letakkan dia di luar kamar, dan saya tinggalkan dia sendiri di sana. Memang agak kejam sih, tapi hanya saya tinggalkan tidak lebih dari 1 menit.


Saya buka pintu kembali dan menggendongnya yang masih dalam kondisi menangis keras. Lalu, saya coba nyanyikan lagu karangan saya sendiri tentang fungsi tangan yang digunakan untuk makan, minum, menggambar, mewarnai, dan bukan untuk dimasukkan dalam mulut. Beberapa kali saya nyanyikan lagu itu, dan Khalif pun akhirnya berhenti menangis. Saya kemudian pancing tawanya dengan menyanyikan lagu yang sama dan ditambah gerakan-gerakan menghentak pelan. Eh, akhirnya si bayi tertawa juga. Dan jarinya tidak dimasukkan ke dalam mulut. Rupaya dia mengerti akan hal ini. Ibunya tidak suka kalau dia masukkan jarinya ke dalam mulut. Ia pun mempertahankan posisi ini lamaaaa sekali.

Senangnya saya dengan Khalif. Dia bisa mengerti juga. Saya tahu sekali, dia sangat ingin ngenyot. Tapi dia tahan-tahan. Kasian banget deh liatnya. Tapi, saya harus konsisten. Harus terus saya ingatkan untuk tidak ngenyot.

Coba kalo nggak lagi ngenyot. Gantengnya polll!! Hehehe...

Saya tahu kebiasaan yang sudah dia lakukan sejak setahun yang lalu itu tidak mungkin bisa tiba-tiba hilang/diubah. Maka, saat mau tidur, saya masih izinkan dia ngenyot jari. Tapi, tidak saat dia sedang bermain atau sedang nonton TV. Hanya saat mau tidur saja.

Saya juga minta sama yang ngasuh Khalif untuk selalu mengingatkan dia agar tidak ngenyot.

Semoga kebiasaan ini akhirnya bisa hilang. Amin. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar