Rabu, 22 Oktober 2014

Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD): Pengalaman Pribadi

Sejak Mei 2014, Audi (anak saya yang pertama), saya titipkan di Tempat Penitipan Anak (TPA) Mekar Asih, Senayan, Jakarta. TPA ini rencananya akan upgrade diri menjadi PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), karena selama ini TPA ini bukan sekadar tempat penitipan, tetapi juga memuat pendidikan bagi anak-anak yang masuk ke TPA itu.

Suasana belajar PAUD Mekar Asih.

Bertemu dengan bunda-bunda pendidik PAUD serta bunda-bunda lain yang menitipkan anak di sana membuat saya belajar banyak tentang bagaimana seharusnya orangtua bersikap dan mendidik anak.  Saya juga tahu bagaimana mempraktikkannya kepada anak. Berbeda dengan hanya membaca dari buku atau blog. Hanya tahu teori, tetapi tidak tahu bagaimana sebenarnya mengimplementasikan ke anak saya. Saya jadi tahu bagaimana kata-kata harus diucapkan, agar anak mengerti jika terjadi pertengkaran, jika anak berbicara keras, jika anak lari-lari di dalam ruangan.


Sejak dititipkan, banyak perubahan yang saya rasakan pada anak saya. Salah satunya, dia lebih mudah diberi pengertian. Jika sudah diberi pengertian, maka dia akan menuruti keinginan saya. Alhamdulillah. 

Itu karena selama mengikuti pendidikan di PAUD Mekar Asih, anak --sebelum mulai kegiatan-- selalu mengucapkan Ikrar Mekar Asih. Ada lima hal yang diikrarkan, di antaranya: berjalan (maksudnya jika ingin ke suatu tempat lakukan dengan berjalan, bukan dengan berlari), berbicara pelan (maksudnya tidak berteriak-teriak), dan selesai bermain dibereskan (maksudnya mainan yang telah selesai dimainkan harus dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula). Itu pula yang saya lakukan kepada Audi saat dia teriak-teriak atau lari-lari di dalam ruangan.

Suasana belajar outdoor PAUD Mekar Asih.

Biasakan Minta Maaf
Hal lain yang diajarkan di PAUD Mekar Asih adalah minta maaf saat melakukan kesalahan atau berbuat tidak baik kepada sesama teman. Suatu hari, saat saya mengantarkan anak ke PAUD, seperti biasa saya sempatkan untuk bermain-main dulu dengan anak, sebelum menuju ruangan kantor. 


Saat itu anak saya sedang bermain balok-balok kayu. Tiba-tiba, temannya yang setahun lebih muda dari dia menduduki balok-balok kayu yang telah ia susun. Pengalaman dengan adiknya, jika Audi sedang bermain dan diganggu seperti itu, dia pasti akan marah, dan berakhir dengan keduanya menangis. 

Khawatir terjadi hal yang sama, saya segera beri pengertian Audi untuk mau berbagi, dan minta temannya itu untuk berdiri dari balok-balok kayu yang sudah disusun. Tapi, namanya masih kecil, omongan saja tidak cukup. Perlu ada bantuan tangan yang mengangkat temannya Audi itu dari balok-balok kayu yang dimainkan Audi. Saya juga kalah cekatan dari tangan Audi yang mulai memukul temannya itu. Temannya menangis, dan Audi pun menangis.

 Bermain play doh dan ublek-ublek. (Anak saya dengan baju pink, paling kiri)

Salah satu pengajar di PAUD tersebut (biasa kami sebut Bunda) langsung menengahi dengan mengatakan, "Maaf ya Audi, temannya kan masih kecil, jadi belum ngerti," katanya sambil mengangkat tubuh teman Audi dan menyodorkan tangan temannya pada Audi untuk minta maaf.

Sambil keduanya menangis, Audi mengulurkan tangannya, menyambut permohonan maaf temannya itu. Lalu, oleh Bunda dikatakan, "Maaf ya, Audi." Lalu Audi dengan masih menangis bilang, "Iya..." Cara itu juga mulai saya terapkan di rumah saat Audi dan adiknya berantem. 

Ya, begitulah emak-emak, menjadi orangtua berarti harus tahu dan mengerti tentang bagaimana mendidik anak-anaknya agar kelak jadi anak yang punya karakter kuat, mau meminta maaf, mau berterima kasih, dan lain-lain.  


NB. Terima kasih kepada Bunda-Bunda pendidik di PAUD Mekar Asih yang rajin berbagi foto melalui grup WhatsApp.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar